Terhempas ke Batu Karang



Ketika kita memaksakan harus seperti yang selama ini kita lakukan dan kita alami, maka orang lain yang menjadi pasangan kita pun akan mengatakan hal yang sama.

Ridwan seorang yang sedang dirundung masalah rumah tangga, ia merasa semua sisi kehidupan tak berpihak kepadanya. Pernikahannya dengan Surianti, gadis dari sebrang sedang di ujung tanduk. Meskipun dari pernikahan mereka telah hadir buah cinta seorang anak laki-laki, Fahmi.

Apa yang dialami Ridwan selama sembilan tahun, mungkin pernah juga dialami oleh suami-suami di manapun berada. Ketika seorang istri mempunyai pekerjaan yang lebih mapan, mempunyai pendapatan yang lebih memadai untuk kelangsungan hidup. Alhasil, segala pertentangan terjadi di rumah tangga.

Secara naluri Ridwan menghendaki adanya kepatuhan istri kepada dirinya sebagai seorang kepala rumah tangga. Di sisi lain Surianti bersikukuh seorang suami yang notabene seorang imam, kepala rumah tangga harus mampu memberikan pengayoman, memberikan nafkah secara cukup kepada keluarga.

Ridwan tidak mempunyai apa yang diharapkan oleh Surianti, sebaliknya Surianti pun merasa apa yang ia lakukan untuk keluarga lebih dari cukup bahkan mungkin lebih dari sekadar hormat dan patuh kepada suami. Jika Ridwan bisa memberikan apa yang diharapkan Surianti bisa jadi petaka rumah tangga mereka tidak terjadi.

Keadaan yang kelam membuat Ridwan seperti kehilangan akal sehatnya, ia terus melakukan protes dengan mengunggah segala rasa gundahnya di sosial media. Beberapa di antara teman-temannya merasa kaget, jika sebelumnya Ridwan bukan tipikal seperti itu, yang terus mencibir dan memojokkan Surianti sebagai istrinya.


Jika dalam pernikahan kita sering berselisih, tidak tentram dan banyak rasa kecewa yang hadir, selain kurangnya ilmu bisa jadi semua permasalahan itu timbul karena dosa-dosa kita di masa lalu.

maritiningtyas.com 


Dalam setiap unggahan tulisan di media sosial, segala kekurangan istrinya ia beberkan dari tidak memberikan kasih sayang, tak memberikan makan, menitipkan anak kepada orang lain, sampai lupa menjaga dan berakibat pada terlukanya anak mereka, terjatuh karena lepas dari pengawasan.

Benar, ini adalah bukan Ridwan yang dulu mereka kenal. Ini adalah Ridwan yang sedang berada dalam masalah yang begitu berat dalam pandangannya.

Apa yang ia alami mungkin berbeda dengan yang ia harapkan dalam sebuah pernikahan. Ridwan yang pintar di sekolah, seorang aktifis di organisasi pelajar harus menerima kenyataan dirinya tidak bisa memenuhi tuntutan kebutuhan rumah tangganya.

Dalam benak seorang aktifis yang terbiasa dengan kerja tim, rela dipimpin dan terbiasa dengan teman-teman perempuan yang selalu mengikuti saran dan keputusan dalam sebuah masalah seperti terhempas ke batu karang ketika menemukan kenyataan bahwa seorang yang menjadi istrinya tidak sama dengan teman-teman perempuan semasa di organisasi dulu.

Betul, pernikahan bukan sebuah organisasi yang tanpa tuntutan dan tanggung jawab menyeluruh termasuk memberikan nafkah. Pernikahan juga bukan organisasi yang toleran dengan keadaan seadanya pada anggotanya. Pernikahan lebih dari itu. 

Ketika kita memaksakan harus seperti yang selama ini kita lakukan dan kita alami, maka orang lain yang menjadi pasangan kita pun akan mengatakan hal yang sama. Sedangkan pengalaman masing-masing akan sangat berbeda, dan tidak bisa dibawa ke dalam satu wadah bernama rumah tangga.

Hormat dengan pengalaman masing-masing adalah jalan yang bisa menghadirkan kesejukan di dalam rumah tangga. 

Apa yang dialami Ridwan dan Surianti mungkin satu dari banyak hal yang menyebabkan gagalnya sebuah bahtera rumah tangga mencapai tujuan. Ada banyak hal lain yang bisa menjadi penyebab gagalnya sebuah rumah tangga.  Apakah adat yang berbeda, pola pikir keluarga masing-masing, atau mungkin masa lalu dari kedua belah pihak.


CERITA LAIN:

Belukar itu tumbuh subur di halaman

 

Komentar