Odol

 

 

Kerjakan apa yang kau bisa sampai bisa menghasilkan dan tunjukan ke istrimu kalau Kau bisa membantu mencukupi kebutuhan keluarga

Solihin tak habis pikir, kenapa rumah tangganya jadi berantakan gegara odol di kamar mandi. Ia terus menelusuri kejadian demi kejadian, sampai diusir dari rumahnya oleh istrinya sendiri. 

Coba kau ceritakan kenapa sampai diusir dari rumah? Aku meminta Solihin untuk menceritakan detail kejadiannya.

Ia yakin, kalau apa yang dilakukan dengan odol sesuai dengan yang biasa ia lakukan sebelum hidup bersama Wartini, gadis desa sebelah yang ia persunting sebagai istri. 

Seperti biasa, ia memencet odol di bagian depan dekat dengan mulut kemasan tube odol tersebut. Ia kemudian melekatkan pasta pembersih gigi itu di sikat gigi lusuh miliknya. Kegiatan rutin menyikat gigi di pagi hari itu pun berjalan seperti biasa, tanpa ada kendala berarti. Belakangan, setelah ia selesai mandi ia mendapati istrinya marah-marah di kamar mandi.

Solihin segera menghampiri istrinya di depan pintu kamar mandi yang masih terbuka. Istrinya membentak dan melemparkan odol itu ke mukanya, untung saja ia bisa menghindar hingga odol yang masih berisi setengah itu luput dari wajahnya.

Menurut istrinya, odol seharusnya dipencet dari belakang bukan dari depan. Solihin membalas dengan menanyakan apa bedanya dipencet di belakang atau di depan?

Pertanyaan Solihin menambah marah istrinya, kali ini giliran gayung yang melayang hampir mengenai mukanya. Kali ini luput juga wajah Solihin dari lemparan gayung, hanya sebagian air yang masih di gayung itu sempat memercik ke wajahnya.

Wartini membentak keras, pantas saja semua berantakan. Mana mungkin menegakkan aturan untuk rumah tangga, sementara aturan menggunakan odol saja tidak paham. Berapa kali aku katakan kalau mencet odol dari belakang, kata Wartini.

Solihin hanya bengong, siapa yang membuat aturan mencet odol dari belakang? 

Belum selesai Solihin berfikir, Wartini sudah berteriak lagi. Aku yang membuat aturan, kalau odol harus dipencet dari belakang. Sekarang kau pergi dari rumah ini. Tidak ada alasan untuk tetap di sini, ini rumahku, rumah pemberian orang tuaku. Kau tak bisa mematuhi aturan sekecil ini, bagaimana bisa mematuhi aturan lain yang lebih besar hah?

Seperti tak termaafkan, Wartini kemudian bergegas ke kamar dan mengumpulkan pakaian Solihin dengan cepat. Ia kemudian membawanya kembali dan melemparkannya ke Solihin sambil berkata bawa pakaianmu, semua yang ada yang kamu rasa membawa waktu datang ke sini bawa semua!

Solihin mencoba mengingatkan Wartini bahwa masalah itu hanya masalah kecil yang bisa diselesaikan baik-baik. 

Wartini balik mengatakan dengan nada yang tidak kurang keras dari sebelumnya. Apa saja yang kau lakukan selama setahun menikah? Pekerjaan tidak ada, harta yang kau bawa pun hanya pakaian lusuh itu. Mau dikasih makan apa Aku? Atau nanti kalau punya anak hah? Perkara kecil tidak kau hiraukan untuk sekadar mematuhinya. 

Aku kemudian mengatakan, kalau perkara mencet odol yang salah bukan masalah yang sebenarnya. Itu hanya pemicu dari masalah-masalah yang kau hadapi bersama istrimu. Tinggalah di sini beberapa saat, kerjakan apa yang kau bisa sampai bisa menghasilkan dan tunjukan ke istrimu kalau Kau bisa membantu mencukupi kebutuhan keluarga. Kataku menutup pembicaraan.

Cerita lain:

Komentar